Perekonomian Indonesia "Revolusi Industri 4.0" TG2
PEREKONOMIAN
INDONESIA
REVOLUSI INDUSTRI 4.0
REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Disusun Oleh Kelompok 1:
Ajeng Ayu Prameswari (20217383)
Ellin Widiastuti (21217915)
Elvrin H. Sitorus (21217930)
Sekar Kartika Dewi (27217301)
KELAS :
1EB04
DOSEN PEMBIMBING :
Maulana Syarif Hidayatullah
1EB04
DOSEN PEMBIMBING :
Maulana Syarif Hidayatullah
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2018
KATA
PENGANTAR
Dengan
memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul:
“REVOLUSI INDUSTRI 4.0”
Penulis
menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan
Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam
kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan karya tulis
ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan karya tulis ini masih dari jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga
dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan
dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan
karya tulis ini.
Akhirnya penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca.
Depok, 18 Mei 2018
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Istilah revolusi industri diperkenalkan untuk pertama
kalinya oleh Friedrich Engels dan Louis-Auguste Blanqui pada pertengahan abad
ke-19. Tidak jelas penanggalan secara pasti tentang kapan dimulainya revolusi
industri. Tetapi T.S. Ashton mencatat permulaan revolusi industri terjadi
kira-kira antara tahun 1760-1830. Revolusi ini kemudian terus berkembang dan
mengalami puncaknya pada pertengahan abad ke-19 , sekitar tahun 1850, ketika kemajuan
teknologi dan ekonomi mendapatkan momentum dengan perkembangan mesin
tenaga-uap, rel, dan kemudian di akhir abad tersebut berkembang mesin kombusi
dalam serta mesin pembangkit tenaga listrik.
Revolusi
Industri terjadi pada pertengahan abad ke-18. Awalnya didahului oleh revolusi
agraria. Ada dua tahap revolusi agraria. Revolusi Agraria I adalah tahapan
terjadinya perubahan penggunaan tanah yang semula hanya untuk pertanian menjadi
usaha pertanian, perkebunan, dan peternakan yang terpadu. Revolusi Agraria II
mengubah cara mengerjakan tanah yang semula tradisional dengan penggunaan
mesin-mesin atau mekanisasi. Revolusi Industri terjadi di Inggris karena
sebab-sebab berikut.
1.
Situasi politik yang stabil. Adanya Revolusi Glorius
tahun 1688 yang mengharuskan raja bersumpah setia kepada Bill of Right sehingga
raja tunduk kepada undang-undang dan hanya menarik pajak berdasarkan atas
persejutuan parlemen.
2.
Inggris kaya bahan tambang, seperti batu bara, biji
besi, timah, dan kaolin. Di samping itu, wol juga yang sangat menunjang
industri tekstil.
3.
Adanya penemuan baru di bidang teknologi yang dapat
mempermudah cara kerja dan meningkatkan hasil produksi, misalnya alat-alat
pemintal, mesin tenun, mesin uap, dan sebagainya.
4.
Kemakmuran Inggris akibat majunya pelayaran dan
perdagangan sehingga dapat menyediakan modal yang besar untuk bidang usaha. Di
samping itu, di Inggris juga tersedia bahan mentah yang cukup karena Inggris
mempunyai banyak daerah jajahan yang menghasilkan bahan mentah tersebut.
5.
Pemerintah memberikan perlindungan hukum terhadap
hasil-hasil penemuan baru (hak paten) sehingga mendorong kegiatan penelitian
ilmiah.
6.
Lebih-lebih setelah dibentuknya lembaga ilmiah Royal
Society for Improving Natural Knowledge maka perkembangan teknologi dan
industri bertambah maju.
7.
Arus urbanisasi yang besar akibat Revolusi Agraria di
pedesaan mendorong pemerintah Inggris untuk membuka industri yang lebih banyak
agar dapat menampung mereka.
Rumusan Masalah
1. Apa Konsep dan tujuan
Industrialisasi?
2. Apa Faktor Pendorong
Industrialisasi?
3. Apa perkembangan sector
industry Manufactur Nasional?
4. Apa permasalahan
Industrialisasi Strategi Pembangunan Sektor Industri?
Tujuan Penulis
1.kita dapat mengetahui berbagai revolusi yang
pernah terjadi
2. dapat menambah pengetahuan bagi kita
3. dengan revousi pemerintahan berjalan semakin baikdari masa sebelumnya
2. dapat menambah pengetahuan bagi kita
3. dengan revousi pemerintahan berjalan semakin baikdari masa sebelumnya
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP DAN TUJUAN INDUSTRIALISASI
Awal
konsep industrialisasi Revolusi industri abad 18 di Inggris Penemuan metode
baru dalam pemintalan dan penemuan kapas yang menciptakan
spesialisasi produksi dan peningkatan produktivitas faktor produksi. Industrialisasi suatu
proses interkasi antara perkembangan teknologi, inovasi, spesialisasi dan
perdagangan dunia untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dengan mendorong
perubahan struktur ekonomi.
Industrialisasi
merupakan salah satu strategi jangka panjang untuk menjamin pertumbuhan
ekonomi. Hanya beberapa Negara dengan penduduk sedikit & kekayaan alam
melimpah seperti Kuwait & libya ingin mencapai pendapatan yang tinggi tanpa
industrialisasi.
Tujuan
pembangunan industri nasional baik jangka menengah maupun jangka panjang
ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan baik di sektor industri
maupun untuk mengatasi permasalahan secara nasional, yaitu :
1. Meningkatkan
penyerapan tenaga kerja industri.
2. Meningkatkan
ekspor Indonesia dan pember-dayaan pasar dalam negeri.
3. Memberikan
sumbangan pertumbuhan yang berarti bagi perekonomian.
4. Mendukung
perkembangan sektor infrastruktur.
5. Meningkatkan
kemampuan teknologi.
6. Meningkatkan
pendalaman struktur industri dan diversifikasi produk.
7. Meningkatkan
penyebaran industri.
FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG INDUSTRIALISASI
a. Kemampuan
teknologi dan inovasi
b. Laju
pertumbuhan pendapatan nasional per kapita
c. Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam
negeri. Negara yang awalnya memiliki industri dasar/primer/hulu seperti
baja, semen, kimia, dan industri tengah seperti mesin alat produksi akan
mengalami proses industrialisasi lebih cepat
d. Besar
pangsa pasar DN yang ditentukan oleh tingkat pendapatan dan jumlah penduduk.
Indonesia dengan 200 juta orang menyebabkan pertumbuhan kegiatan ekonomi
e. Ciri
industrialisasi yaitu cara pelaksanaan industrialisasi seperti tahap
implementasi, jenis industri unggulan dan insentif yang diberikan.
f.
Keberadaan SDA. Negara dengan SDA yang besar cenderung lebih lambat dalam
industrialisasi
g.
Kebijakan/strategi pemerintah seperti tax holiday dan bebas bea masuk bagi
industri orientasi ekspor.
PERKEMBANGAN SEKTOR
INDUSTRI MANUFAKTUR NASIONAL
Perkembangan industri manufaktur di sebuah negara
dapat digunakan sebagai parameter perkembangan industri secara nasional negara
tersebut. Karenanya perlu arahan dan kebijakan yang jelas dalam mengembangkan
industri manufaktur ini.
Pengertian Industri Manufaktur
Manufaktur adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan mesin, peralatan dan tenaga kerja dan suatu medium proses untuk mengubah bahan mentah menjadi barang jadi untuk dijual.Istilah ini bisa digunakan untuk aktivitas manusia, dari kerajinan tangan sampai ke produksi dengan teknologi tinggi, namun demikian istilah ini lebih sering digunakan untuk dunia industri, di mana bahan baku diubah menjadi barang jadi dalam skala yang besar.
Pengertian Industri Manufaktur
Manufaktur adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan mesin, peralatan dan tenaga kerja dan suatu medium proses untuk mengubah bahan mentah menjadi barang jadi untuk dijual.Istilah ini bisa digunakan untuk aktivitas manusia, dari kerajinan tangan sampai ke produksi dengan teknologi tinggi, namun demikian istilah ini lebih sering digunakan untuk dunia industri, di mana bahan baku diubah menjadi barang jadi dalam skala yang besar.
Contoh Industri Manufaktur:
-Industri Semen
-Industri Otomotif
-Industri Peralatan Kantor
-Industri Tekstil
-Industri Barang Keperluan Rumah Tangga
Kontribusi sektor manufaktur yang besar terhadap perekonomian menyebabkan siklus perekonomian tidak terlepas dari dinamika sektor manufaktur.
dalam ekonomi sering dikaitkan dengan jumlah perusahaan yang masuk dan keluar dari suatu industri.
Selain terhadap perekonomian, dinamika perusahaan juga mempengaruhi penurunan output dan kesempatan kerja sektor manufaktur.
Jumlah perusahaan yang masuk dan keluar juga menjadi berpengaruh bagi fluktuasi makro ekonomi karena beberapa alasan.
Sebagian besar penelitian menganalisis hubungan antara karakteristik perusahaan manufaktur dengan siklus ekonomi yang berfokus pada negara-negara maju.
Belum ada penelitian yang melakukan analisis untuk menunjukkan pola sektor manufaktur dalam beberapa siklus bisnis, khususnya di negara-negara berkembang.
Deloitte Touche Tohmatsu Limited (DTTL) mengungkap laporan Global Manufacturing Competitiveness Index 2016 yang meranking sektor manufaktur di 40 negara, baik untuk kondisi sekarang maupun akan datang. Peringkatnya atas diduduki China diikuti Amerika Serikat dan kemudian Jerman. Manufaktur Indonesia ada di posisi 19. Itu membuat Indonesia masih di bawah negara-negara tetangga misalkan Singapura (12), Malaysia (17), Thailand (14) dan Vietnam (18).
Proyeksi tahun 2020 memproyeksikan Amerika Serikat di peringkat pertama kemudian China dan Jerman. Untuk Indonesia diprediksi akan mencapai posisi 15. Singapura turun menjadi 11, Thailand tetap di 14, Vietnam dan Malaysia masing-masing naik menjadi 12 dan 13.
Dalam laporan itu memperhatikan kinerja manufaktur di India, Malaysia, Thailand, Vietnam dan Indonesia dengan memakai istilah Mighty Five. Kelima negara itu menjadi wakil atas New China dalam aspek biaya tenaga kerja murah, kemampuan memproduksi, profil menguntungkan atas demografi, kondisi pasar dan ekonomi yang tumbuh.
Masuknya Indonesia dalam Mighty Five sudah sewajarnya menjadi perhatian regulator karena kekuatan Indonesia umumnya didorong oleh upah buruh yang rendah ditambah bonus demografi. Kondisi upah buruh Indonesia satu perlima lebih murah dibandingkan China disebabkan oversupply tenaga kerja yang ada.
Untuk mewujudkan peningkatan peringkat sampai posisi 15 terbaik, setidaknya ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian penting.
Pertama berkaitan dengan ketersediaan bahan baku industri. Seperti diketahui bahan baku masih impor. Kepentingan penguatan industri sektor hulu untuk terintegrasi dengan sektor hilir semakin besar untuk menjamin cepatnya pasokan bahan baku. Keuntungannya bukan sekedar mengurangi ketergantungan impor namun sekaligus mengurangi pengaruh nilai tukar menukar bagi industri.
Peranan Industri Manufaktur dalam pembangunan Ekonomi
Indonesia
Pembangunan ekonomi Indonesia dapat mempengaruhi
kesejahteraan masyarakat.industri manufaktur sebagai factor utama, selain itu
Industri Manufaktur memegang peran kunci sebagai mesin pembangunan karena
industri manufaktur memiliki beberapa keunggulan dibandingkan sektor lain
Berikut ini beberapa alasan yang membuat industri manufaktur memiliki
kontribusi dan peran besar terhadap pertumbuhan ekonomi di negara Kita, antara
lain:
• Industri manufaktur mampu menyerap banyak tenaga kerja.
Salah satu contohnya yaitu dalam menyediakan lapangan kerja. Biasanya, industri manufaktur menjalankan produksi dalam skala yang besar sehingga tenaga kerja yang dibutuhkan pun relatif banyak sehingga angka pengangguran pun bisa berkurang.
• Industri manufaktur mampu menyerap banyak tenaga kerja.
Salah satu contohnya yaitu dalam menyediakan lapangan kerja. Biasanya, industri manufaktur menjalankan produksi dalam skala yang besar sehingga tenaga kerja yang dibutuhkan pun relatif banyak sehingga angka pengangguran pun bisa berkurang.
• Industri manufaktur menciptakan nilai tambah.
Ada banyak hasil produksi atau produk yang dihasilkan oleh berbagai perusahaan bidang industri manufaktur yang ada di Indonesia.semua bahan dasar yang diolah dalam industri manufaktur dapat menciptakan nilai tambah produk yang dihasilkan. Semakin banyak variasi dan inovasi produk yang diciptakan, semakin besar pula potensinya.
Ada banyak hasil produksi atau produk yang dihasilkan oleh berbagai perusahaan bidang industri manufaktur yang ada di Indonesia.semua bahan dasar yang diolah dalam industri manufaktur dapat menciptakan nilai tambah produk yang dihasilkan. Semakin banyak variasi dan inovasi produk yang diciptakan, semakin besar pula potensinya.
Faktor-faktor yang menghambatpertumbuhan manufaktur:
- Gejala
Deindustrialisasi
Perkembangan
industri manufaktur di Indonesia juga dapat dilihat dari kontribusinya terhadap
produk domestik bruto atau PDB. Bahkan pada akhir tahun 2005 dan awal tahun
2006, banyak pengamat ekonomi yang mengkhawatirkan terjadinya
de-industrialisasi di Indonesia akibat pertumbuhan sektor industri manufaktur
yang terus merosot.
Deindustrialisasi
merupakan gejala menurunnya sektor industri yang ditandai dengan merosotnya
pertumbuhan industri manufaktur yang berlangsung secara terus menerus.
Melorotnya perkembangan sektor industri manufaktur saat itu mirip dengan gejala
yang terjadi menjelang ambruknya rezim orde baru pada krisis global
yang terjadi pada tahun 1998. Selain menurunkan sumbangannya terhadap produk
domestik bruto, merosotnya pertumbuhan industri manufaktur juga menurunkan
kemampuannya dalam penyerapan tenaga kerja.
Data dari Biro
Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan bahwa pada triwulan pertama
tahun 2005, pertumbuhan industri manufaktur di Indonesia sebenarnya masih cukup
tinggi, yaitu mencapai 7,1 persen. Namun memasuki triwulan kedua tahun 2005
perkembangannya terus merosot. Bahkan pada akhir tahun 2005, perkembangan
industri manufaktur kita hanya mencapai 2,9 persen. Kondisi ini semakin parah
setelah memasuki triwulan pertama tahun 2006 karena pertumbuhannya hanya
sebesar 2,0 persen.
- Problem
Pengangguran
Sebagai sektor
industri yang sangat penting, perkembangan industri manufaktur memang sangat
diandalkan. Penurunan pertumbuhan sektor industri ini dapat menimbulkan efek
domino yang sangat meresahkan. Bukan saja akan menyebabkan PDB menurun namun
yang lebih mengkhawatirkan adalah terjadinya
gelombang pengangguran baru. Apalagi problem pengangguran yang ada
saat ini saja masih belum mampu diatasi dengan baik.
Kita mestinya bisa
belajar banyak dari pengalaman tragedi ekonomi tahun 1998. Selain menyangkut
fondasi perekonomian nasional yang mesti diperkuat, sejumlah ahli juga melihat
perlunya membenahi strategi pembangunan industri di Indonesia. Kalau
perlu, pemerintah bisa melakukan rancang ulang atau redesign menyangkut visi
dan misi pembangunan industri, dari sejak hulu hingga hilir. Paling tidak agar
produk industri kita mampu bersaing di pasar global.
PERMASALAHAN INDUSTRIALISASI
Kendala bagi pertumbuhan
industri di dalam negeri adalah ketergantungan terhadap bahan baku serta
komponen impor. Mesin-mesin produksi yang sudah tua juga menjadi hambatan bagi
peningkatan produktivitas dan efisiensi.
Permasalahan-permasalahan
tersebut telah menurunkan daya saing industri dalam negeri. Kementerian
Perindustrian telah mengidentifikasinya. Responsnya adalah dibuat Program
Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri.
Namun, fakta di lapangan jauh
dari harapan. Regulasi pemerintah pusat tak seiring dengan regulasi pemerintah
daerah. Bahkan, di antara kementerian teknis bukan kebijakan
sendiri-sendiri.Tahun 2010-2014, Kementerian Perindustrian menargetkan
pertumbuhan industri nonmigas 8,95 persen dan kontribusi industri pengolahan
terhadap produk domestik bruto 24,67 persen. Ditargetkan total investasi
2010-2014 mencapai Rp 735,9 triliun.
Untuk mencapai target itu,
Kementerian Perindustrian membuat kerangka pembangunan industri nasional.
Kerangka itu yang akan menjadi acuan untuk membangkitkan industri agar siap
menghadapi perdagangan bebas dan ASEAN EconomicCommunity.
Agar siap menghadapi itu
semua, menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Anton Supit,
peningkatan daya saing menjadi kunci utama. Leadership, mulai dari presiden
hingga pejabat pemerintah lainnya, yang mau mengenakan produk dalam negeri juga
tidak boleh diabaikan.
Masalah
dalam industri manufaktur nasional:
1.
Kelemahan struktural
·
Basis ekspor & pasar masih sempitè walaupun
Indonesia mempunyai banyak sumber daya alam & TK, tapi produk &
pasarnya masih terkonsentrasi:
1.
Terbatas
pada empat produk (kayu lapis, pakaian jadi, tekstil & alas kaki)
2.
Pasar
tekstil & pakaian jadi terbatas pada beberapa negara: USA,
Kanada, Turki & Norwegia, USA, Jepang & Singapura mengimpor
50% dari total ekspor tekstil pakaian jadi dari Indonesia.
3.
Produk
penyumbang 80% dari ekspor manufaktur indonesia masih mudah terpengaruh
oleh perubahan permintaan produk di pasar terbatas
4.
Banyak
produk manufaktur terpilih padat karya mengalami penurunan harga muncul
pesaing baru seperti cina &vietman
5.
Produk
manufaktur tradisional menurun daya saingnya sbg akibat factor internal
seperti tuntutan kenaikan upah
·
Ketergantungan
impor sangat tinggi
1990, Indonesia menarik
banyak PMA untuk industri berteknologi tinggi seperti kimia, elektronik,
otomotif, dsb, tapi masih proses penggabungan, pengepakan dan assembling dengan
hasil:
1.
Nilai
impor bahan baku, komponen &input perantara masih tinggi diatas 45%
2.
Industri padat karya seperti tekstil, pakaian jadi &
kulit bergantung kepada impor
bahan baku, komponen & input perantara masih
tinggi.
3.
PMA
sector manufaktur masih bergantung kepada suplai bahan baku & komponen
dari LN
4.
Peralihan
teknologi (teknikal, manajemen, pemasaran, pengembangan organisasi dan
keterkaitan eksternal) dari PMA masih terbatas
5.
Pengembangan
produk dengan merek sendiri dan pembangunan jaringan
pemasaran masih
terbatas
·
Tidak ada industri berteknologi menengah
1.
Kontribusi
industri berteknologi menengah (logam, karet, plastik, semen) thd
pembangunan sektor industri manufaktur menurun tahun 1985 -1997.
2.
Kontribusi
produk padat modal (material dari plastik, karet, pupuk, kertas, besi
& baja) thd ekspor menurun 1985 –1 997
3.
Produksi
produk dg teknologi rendah berkembang pesat.
·
Konsentrasi
regional
Industri menengah & besar terkonsentrasi di Jawa.
2.
Kelemahan organisasi
·
Industri kecil & menengah masih terbelakangèproduktivtas rendahèJumlah
Tk masih banyak (padat Karya)
·
Konsentrasi Pasar
·
Kapasitas menyerap & mengembangkan teknologi masih
lemah
·
SDM yang lemah
STRATEGI PEMBANGUNAN
SEKTOR INDUSTRI
Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan
pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan dan
cepatnya terjadi perubahan lingkungan usaha. Produk-produk hasil manufaktur di
dalam negeri saat ini begitu keluar dari pabrik langsung berkompetisi dengan
produk luar, dunia usaha pun harus menerima kenyataan bahwa pesatnya
perkembangan teknologi telah mengakibatkan cepat usangnya fasilitas produksi,
semakin singkatnya masa edar produk, serta semakin rendahnya margin keuntungan.
Dalam melaksanakan proses pembangunan industri, keadaan tersebut merupakan
kenyataan yang harus dihadapi serta harus menjadi pertimbangan yang menentukan
dalam setiap kebijakan yang akan dikeluarkan, sekaligus merupakan paradigma
baru yang harus dihadapi oleh negara manapun dalam melaksanakan proses
industrialisasi negaranya.
Atas dasar pemikiran tersebut kebijakan dalam
pembangunan industri Indonesia harus dapat menjawab tantangan globalisasi
ekonomi dunia dan mampu mengantisipasi perkembangan perubahan lingkungan yang
cepat. Persaingan internasional merupakan suatu perspektif baru bagi semua
negara, sehingga fokus strategi pembangunan industri pada masa depan adalah
membangun daya saing sektor industri yang berkelanjutan di pasar domestik.
Dalam situasi yang seperti itu, maka untuk
mempercepat proses industrialisasi, menjawab tantangan dari dampak negatif
gerakan globalisasi dan liberalisasi ekonomi dunia, serta mengantisipasi
perkembangan di masa yang akan datang, pembangunan industri nasional memerlukan
arahan dan kebijakan yang jelas. Kebijakan yang mampu menjawab pertanyaan,
kemana dan seperti apa bangun industri Indonesia dalam jangka menengah, maupun
jangka panjang.
Untuk menjawab dan mengantisipasi berbagai masalah,
issue, serta tantangan di atas, Departemen Perindustrian telah menyusun
Kebijakan Pembangunan Industri Nasional yang telah disepakati oleh berbagai
pihak terkait, dimana pendekatan pembangunan industri dilakukan melalui Konsep
Klaster dalam konteks membangun daya saing industri yang berkelanjutan. Sesuai
dengan kriteria daya saing yang ditetapkan untuk kurun waktu jangka menengah
(2005-2009) telah dipilih pengembangan klaster industri inti termasuk
pengembangan industri terkait dan industri penunjang.
Strategi industrialisasi
1. Strategi Subtitusi Impor
- Lebih menekankan pada pengembangan industry yang berorientasi pada pasar domestic
- Strategi subtitusi impor adalah industry domestic yang membuat barang menggantikan impor
- Dilandasi oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai dengan
mengembangkan industry dalam negeri yang memproduksi
barang pengganti impor
Pertimbangan yang lajim digunakan dalam memilih strategi ini adalah:
Pertimbangan yang lajim digunakan dalam memilih strategi ini adalah:
a. SDA dan
factor produksi lain (terutama tenaga kerja) cukup tersedia
b. Potensi
permintaan dalam negeri memadai
c. Pendorong perkembangan sector industry manufaktur
dalam negeri
d. Dengan perkembangan industry dalam negeri,
kesempatan kerja lebih luas
e. Dapat mengurangi ketergantungan impor
2. Penerapan strategi subtitusi impor dan hasilnya di Indonesia
Industry
manufaktur nasional tidak berkembang baik selama orde baru
Ekspor
manufaktur Indonesia belum berkembang dengan baik
Kebijakan
proteksi yang berlebihan selama orde baru menimbulkan high cost economy
Teknologi
yang digunakan oleh industry dalam negeri, sangat diproteksi
3. Strategi Promosi Ekspor
Lebih
berorientasi ke pasar internasional dalam pengembangan usaha dalam negeri
Tidak
ada diskriminasi dalam pemberian insentif dan fasilitas kemudahan lainnya dari
pemerintah
Dilandasi
pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai jika produk
yang dibuat di dalam negeri dijual di pasar ekspor
Strategi
promosi ekspor mempromosikan fleksibilitas dalam pergeseran sumber daya ekonomi
yang ada mengikuti perubahan pola keunggulan komparatif
4. Kebijakan industrialisasi
Dirombaknya system
devisa sehingga transaksi luar negeri lebih bebas dan sederhana
Dikuranginya fasilitas khusus yang hanya disediakan
bagi perusahaan Negara dan kebijakan
pemerintah untuk mendorong pertumbuhan sector swasta bersama-sama dengan BUMN.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Revolusi
industri adalah revolusi yang terjadi karena banyaknya penemuan-penemuan berupa
mesin yang menggantikan peran tenaga manusia. pertama kali terjadi di Inggris
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Sumber:https://rosdianayulia35.wordpress.com/2015/05/02/11-1-konsep-dan-tujuan-industrialisasi/
Komentar
Posting Komentar